Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Prof. Dr. H. Lukman S. Thahir, M.Ag., dalam opininya yang berjudul “Mutiara Keilmuan Islam: Belajar dari Tiram dan Mutiara” menyampaikan paradigma simbolik tentang pentingnya kesabaran, kreativitas, dan integrasi ilmu dalam membangun peradaban Islam.
Melalui perumpamaan tiram yang melahirkan mutiara dari butiran pasir, Rektor menjelaskan bahwa tantangan, gangguan, bahkan krisis yang hadir dalam kehidupan umat Islam, jika diolah dengan bimbingan wahyu dan kerja intelektual, dapat melahirkan peradaban ilmu yang indah dan bernilai tinggi.
“Seperti tiram yang membungkus benda asing dengan nacre hingga menjadi mutiara, umat Islam juga harus mampu membungkus tantangan globalisasi, digitalisasi, hingga krisis moral dengan hikmah Al-Qur’an dan Sunnah. Hasilnya adalah mutiara keilmuan yang bermanfaat bagi umat dan peradaban,” tulis Rektor dalam opininya.
Paradigma ini menekankan bahwa ilmu bukan produk instan, melainkan hasil proses panjang, sabar, berlapis, dan berinteraksi dengan zaman.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Datokarama, Prof. Dr. H. Saepudin Mashuri, S.Ag., M.Pd.I, menyambut baik gagasan tersebut dan menilai paradigma Mutiara Keilmuan sangat relevan untuk mahasiswa, khususnya di lingkungan FTIK.
“Paradigma yang disampaikan oleh Bapak Rektor merupakan pengingat penting bahwa setiap mahasiswa harus memandang tantangan perkuliahan, keterbatasan, dan dinamika zaman sebagai peluang untuk melahirkan keilmuan yang bernilai. Dari proses panjang itulah akan lahir generasi yang tangguh dan penuh hikmah,” ujarnya.
Menurutnya, FTIK sebagai fakultas yang mencetak calon pendidik memiliki peran strategis dalam mewujudkan paradigma ini. “Tugas kita adalah membimbing mahasiswa agar tidak sekadar menguasai teori, tetapi juga mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan tantangan kontemporer, sehingga lahir guru-guru yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan mampu melahirkan mutiara bagi masyarakat,” tambah Prof. Saepudin. ydh***